Sabtu, 06 Juni 2009

TUGAS AKHIR PERKULIAHAN FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

Menggapai Filsafat Pendidikan Matematika

Pada awal perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benakku. Namun, seiring berjalannya perkuliahan pertanyaan-pertanyaan tersebut satu demi satu mulai terjawab. Akhirnya, menjelang akhir perkuliahan dosen kami Bapak Dr. Marsigit, M.A menulis dua buah elegi yaitu "Elegi Wawancara Orangtua Berambut Putih" dan "Elegi Ucapan Selamat Jalan" yang pada kedua elegi itulah semua pertanyaanku pada awal perkuliahan terjawablah sudah. Berikut ini adalah beberapa pertanyaanku dan jawabannya yang aku kutip dari "Elegi Wawancara Orangtua Berambut Putih" dan "Elegi Ucapan Selamat Jalan", karya Bapak Dr. Marsigit, M.A dengan sedikit penyesuaian.

Q: Apakah itu filsafat?

A: Filsafat adalah olah pikir,

Q: Apakah landasan mempelajari filsafat?

A: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi,

Q: Apakah ontologi itu?

A: Ontologi, membahas masalah keberadaan (eksistensi) sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris,

Q: Apakah epistemologi itu?

A: Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan,

Q: Apakah aksiologi itu?

A: Aksiologi membahas masalah "nilai atau norma sosial" yang berlaku pada kehidupan manusia,

Q: Bagaimana memberlakukan atau menerapkan filsafat pada kehidupa sehari-hari?

A: Filsafat itu meliputi semuanya yang ada dan yang mungkin ada. Padahal dirimu itu termasuk yang ada. Maka dirimu itu adalah filsafat. Sedangkan kehidupan sehari-hari itu juga meliputi yang ada dan yang mungkin ada, maka kehidupan sehari-hari itu adalah filsafat. Sedangkan pertanyaanmu itu disamping telah terbukti ada, maka pertanyaan itu adalah awal dari ilmumu. Maka untuk menerapkan filsafat dalam kehidupan sehari-hari gunakanlah metode menterjemahkan dan diterjemahkan.

Q: Apa pantangan belajar filsafat?

A: Belajar filsafat itu tidak boleh sepotong-sepotong. Kalimat-kalimat filsafat juga tidak bisa diambil sepenggal-penggal. Karena jika demikian maka tentu akan diperoleh gambaran yang tidak lengkap. Pantangan yang lain adalah jangan gunakan filsafat itu tidak sesuai ruang dan waktunya. Jika kita berbicara dengan anak kecil perihal hakekat sesuatu maka engkau itu telah menggunakan filsafat tidak sesuai dengan ruang dan waktunya. Dan janganlah sampai engkau masuk dalam jebakan filsafat,

Q: Apa yang dimaksud dengan jebakan filsafat?

A: Jebakan filsafat itu artinya tidak ikhlas, tidak sungguh-sungguh, palsu, menipu, pura-pura, dsb. Maka jika kita mempelajari filsafat hanya untuk mengejar nilai, itu adalah jebakan filsafat. Jika kita pura-pura disiplin maka itu jebakan filsafat dan sebagainya,

Q: Apa hubungan antara filsafat dengan filsafat matematika dan filsafat pendidikan matematika?

A: Filsafat itu dapat ditaruh di depan apapun. Maka kita punya filsafat matematika, filsafat pendidikan, filsafat pendidikan matematika, filsafat seni, filsafat negara, filsafat umum, filsafat alam, ..dst. Apapun filsafatnya, maka filsafat itu selalu mempunyai 3 jalur utama yaitu ontologi (ilmu hakekat), epistemologi (ilmu cara), dan aksiologi (etik dan estetika). Hal yang paling berat bagi orang yang ingin mempelajari filsafat adalah pada bagian depan, yaitu ada filsafat umum. Jika ini sudah dipahami, maka untuk mempelajari filsafat-filsafat yang lain, misalnya filsafat pendidikan matematika, kita tinggal tarik analogi-analogi dan benang merahnya,

Q: Apakah tujuan utama mempelajari filsafat?

A: Tujuan mempelajari filsafat adalah untuk bisa menjadi saksi. Mempelajari filsafat pendidikan matematika untuk menjadi saksi tentang pendidikan matematika. Tidaklah mudah menjadi saksi itu. Jika ada praktek-praktek pembelajaran matematika yang tidak sesuai dengan hakekat matematika dan engkau tidak menyumbangkan pemikiranmu maka engkau telah gagal menjadi saksi. Itu hanyalah satu contoh saja,

Q: Mengapa mahasiswa pendidikan matematika harus mempelajari filsafat?

A: Mahasiswa pendidikan matematika adalah calon guru matematika dan seorang guru matematika hendaknya tidak hanya hafal rumus. Jika seorang guru matematika mendidik siswa dengan hanya menghapal rumus, itu namanya mitos. Maka guru seharusnya mengetahui apa makna dibalik dalil Pythagoras. Maka guru juga berusaha agar siswanya mengetahui apa makna dibalik dalil Pythagoras. Begitulah mengapa mahasiswa pendidikan matematika harus mempelajari filsafat,

Q: Apakah pengertian matematika itu?

A: Pengertian matematika itu ada banyak sekali, sebanyak orang yang memikirkannya. Secara implisit, menurut Socrates matematika adalah pertanyaan, menurut Plato matematika adalah ide, menurut Arstoteles, matematika adalah pengalaman, menurut Descartes matematika adalah rasional, menurut Kant matematika adalah sintetik a priori, menurut Hegel matematika itu mensejarah, menurut Russell matematika adalah logika, menurut Wittgenstain matematika adalah bahasa, menurut Lakatos matematika adalah kesalahan, dan menurut Ernest matematika adalah pergaulan,

Q: Apakah perbedaan matematika dengan filsafat matematika?

A: Untuk matematika 3+5 = 8 itu sangat jelas dan final, dan tidak perlu dipersoalkan lagi. Mengapa karena matematika itu adalah meneliti. Jadi 3+5=8 itu dapat dipandang sebagai hasil penelitian matematika yang sangat sederhana dan terlalu sia-sia untuk mempersoalkan. Tetapi bagi filsafat kita berhak bertanya mengapa 3+5=8. Mengapa? Karena filsafat itu refleksi. Ketahuilah 3+5=8 itu, bagi filsafat, hanya betul jika kita mengabaikan ruang dan waktu. Tetapai selama kita masih memperhatika ruang dan waktu maka kita bias mempunyai 3 buku, 3 topi, 3 hari, dst…5 pensil, 5 pikiran, 5pertanyaan, dst…Maka kita tidak bisa mengatakan 3pensil +5 topi = 8 topi, misalnya.

Q: Lalu apakah filsafat pendidikan matematika itu?

A: Filsafat itu adalah refleksi. Maka filsafat pendidikan matematika adalah refleksi terhadap pendidikan matematika, meliputi refleksi terhadap semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Padahal pendidikan matematika itu meliputi guru, matematika, murid, ruang, kegiatan, alat dst..banyak sekali. Padahal guru itu mempunyai sifat yang banyak sekali. Jadi ada banyak sekali yang perlu direfleksikan. Maka dalam filsafat pendidikan matematika, tantangannya adalah bagaimana kita bisa memperbincangkan semua obyek-obyeknya,

Q: Apakah yang dimaksud memperbincangkan itu?

A: Maksud memperbincangkan adalah menjelaskan semua dari apa yang dimaksud dengan semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan matematika. Jelaskanlah apa arti bilangan phi? Jelaskanlah apa hakekat siswa diskusi? Jelaskan apa hakekat LKS? Jelaskan apa hakekat media pembelajaran matematika? Itu semua merupakan pekerjaan filsafat pendidikan matematika. Sensitivitas terhadap pendidikan matematika itu merupakan modal dasar bagi kita agar mampu merefleksikannya,

Sebagai penutup, aku ingin menuliskan sebuah kalimat yang paling berkesan dan bermakna bagiku selama perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika, yaitu: "Janganlah menjadi guru yang menyebarkan mitos kepada para siswa"